Penciptaan Teknologi dan Keterkaitannya dengan Ilahi
Teknologi, sebagai hasil dari ilmu pengetahuan, sejatinya bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Ia lahir dari daya pikir manusia, yang hakikatnya bukan berasal dari otak semata, melainkan dari anugerah ruh yang ditiupkan oleh Sang Pencipta.
Sejarah mencatat bagaimana manusia menemukan berbagai inovasi yang mengubah dunia, dari roda hingga kecerdasan buatan. Namun, apakah penciptaan teknologi ini sepenuhnya hasil kerja keras manusia? Ataukah ada sumber yang lebih tinggi yang menginspirasi dan memungkinkan manusia mencapai semua ini?
Ilmu Pengetahuan Berasal dari Ruh
Dalam perspektif spiritual, kemampuan manusia untuk menciptakan teknologi adalah bentuk manifestasi dari ruh yang diberikan oleh Allah. QS As-Sajdah (32:9) menegaskan:
“Aku sempurnakan kejadian manusia, Aku tiupkan ruh, Aku berikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Namun, sedikit sekali manusia yang bersyukur.”
Ruh inilah yang memungkinkan manusia berpikir, berinovasi, dan melahirkan ilmu pengetahuan. Jika otak semata yang berperan, mengapa ketika tidur atau tak sadarkan diri, manusia kehilangan kesadarannya? Ini menegaskan bahwa daya pikir bukan hanya berasal dari materi, tetapi dari energi spiritual yang dikendalikan oleh Sang Khalik.
Teknologi: Sebuah Amanah, Bukan Kesombongan
Seiring berkembangnya sains dan teknologi, banyak manusia yang terperdaya oleh kecerdasannya sendiri. Mereka mengagungkan hasil ciptaannya, tanpa menyadari bahwa kecerdasan itu sendiri adalah pemberian Tuhan. Hal ini sesuai dengan peringatan dalam QS Al-‘Alaq (96:6-7):
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.”
Teknologi bukanlah alat kesombongan, melainkan amanah untuk dimanfaatkan dengan baik. Ketika manusia memahami bahwa segala pencapaiannya berasal dari Allah, maka teknologi akan digunakan untuk kemaslahatan, bukan kehancuran.
Kebersihan Ruh Menentukan Kualitas Teknologi
Ruh yang bersih akan menghasilkan teknologi yang membawa manfaat. Sebaliknya, jika ruh dikotori kesombongan dan nafsu dunia, teknologi dapat menjadi senjata kehancuran. Oleh karena itu, QS Al-A’la (87:14-15) mengingatkan:
“Beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, dengan mengingat Allah dan mendirikan shalat.”
Shalat, dzikir, dan refleksi spiritual bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga sarana menjaga kejernihan ruh agar ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dalam arah yang benar.
Kesimpulan: Teknologi sebagai Jalan Kembali kepada Allah
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah karunia Ilahi. Mereka bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana bagi manusia untuk mengenali kebesaran Sang Pencipta. Ketika manusia menyadari bahwa segala kepintaran berasal dari ruh yang diberikan Tuhan, maka akan tumbuh kesadaran untuk bersyukur, rendah hati, dan menggunakan teknologi sebagai jalan untuk mendekat kepada-Nya.
Seperti firman-Nya dalam QS Ar-Rahman (55:13):
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar